
Asal kata mangrove tidak diketahui jelas dan terdapat berbagai pendapat mengenai asal usul katanya. Macnae (1968) menyebutkan bahwa mangrove merupakan perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Perpaduan dua bahasa ini menjadi mangrove yakni semak belukar yang tumbuh di tepi laut. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut.
Menurut Nybakken (1992), mangrove (hutan bakau) atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin. Lebih lanjut, Nybakken (1992) menyebutkan bahwa bakau adalah tumbuhan daratan yang ditunjukkan untuk semua individu tumbuhan. Mangal ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan bakau. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau, atau hutan bakau. Sementara itu, menurut Mastaller (1997), kata mangrove berasal dari bahasa melayu kuno yaitu mangi-mangi yang dugunakan untuk menerangkan marga Avicennia dan sampai saat ini masih digunakan di Indonesia bagian timur.
Baca Juga : Apa Itu Estuari ?
Mangrove dalam bahasa Indonesia disebut juga hutan pasang surut, hutan payau, rawa-rawa payau, atau hutan bakau. Istilah yang sering digunakan adalah mangrove, hutan bakau, atau hutan payau ( Kartawinata 1979; SNM 2003). Menurut Tomlinson (1986), Kitamura et al. (1997), serta Giesen et al. (2006) membagi mangrove menjadi beberapa jenis yaitu :
Mangrove Mayor (Komponen Utama)
Kelompok tumbuhan didalam mangrove mayor mempunyai kemampuan adaptasi morfologiseperti akar udara dan mekanisme fisiologis khusus untuk mengeluarkan garam. Secara taksonomi, kelompok tumbuhan ini berbeda dengan kelompok tumbuhan darat. Kelompok tumbuhan ini hanya ada di mangrove membentuk tegakan murni, tidak pernah bersama dengan kelompok tumbuhan darat. Contoh dari mangrove mayor yaitu tancang (Bruguiera cylindrica), kenyonyong (Ceriops decandra), dan bakau (Rhizophora apiculata).
Gambar : Ilustrasi Mangrove (sumber : www.pexels.com)
Mangrove Minor (Komponen Tambahan/Tumbuhan Pantai)
Kelompok tumbuhan ini bukan merupakan bagian yang penting dari mangrove. Biasanya tumbuhan dalam kelompok ini terdapat di daerah tepi dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Contoh dari mangrove minor yaitu sentigi (Pemphis acidula), buta-buta (excoecaria agallocha), dan nyirih (Xylocarpus granatum).
Mangrove Asosiasi
Kelompok tumbuhan ini tidak pernah tumbuh di dalam komunitas mangrove sejati dan biasanya hidup bersama tumbuhan darat. Contoh mangrove asosiasi yaitu legundi (Vitex ovata), Ketapang (Terminalia catappa), waru laut (Thespesia populnea), dan pandan (Pandanus odoratissima).
Baca Juga : Pengembangan Ekonomi Biru Sebagai Pelindung
Ekosistem mangrove merupakan penyangga dan memiliki multifungsi. Secara fisik, mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Secara ekologi, ekosistem mangrove berperan sebagai sistem penyangga kehidupan bagi berbagai organisme akuatik dan organisme teresterial, baik sebagai tempat mencari makan (feeding ground), temoat asuhan (nursery ground), maupun sebagai tempatberkembang biak (spawning ground). Secara sosial ekonomi, ekosistem mangrove merupakan sumber mata pencaharian masyarakat pesisir. Selain itu, ekosistem mangrove berkontribusi sebagai pengendali iklim global melalui penyerapan karbon.
Menyadari peran penting ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem lahan basah, maka pengelolaan ekosistem mangrove perlu dilakukan secara tepat dan terpadu. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat mempengaruhi upaya pengelolaan mangrove, mulai dari perencanaan sampai langkah-langkah yang diambil di lapangan. Pengelolaan juga akan bergantung pada bagaimana mengakomodasikan serta mengontrol kebutuhan masyarakat yang tinggal dan hidup di sekitar mangrove.
Editor: - Nurul Khairi, Ruang Maritim Indonesia, 2022.